Masyarakat global mulai menunjukkan kekecewaan terhadap pandangan kemanusiaan modern yang sering kali kehilangan nilai-nilai spiritual dan moralitas universa
JAKARTA UMMATTV.COM - Dalam beberapa dekade terakhir, dunia modern menghadapi krisis peradaban yang semakin nyata. Kekacauan global, ketidakpastian ekonomi, konflik berkepanjangan, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai bentuk kekerasan menjadi potret buram yang menghantui kehidupan umat manusia. Kemajuan teknologi dan globalisasi ternyata belum mampu menjamin keseimbangan dan kebahagiaan bagi banyak bangsa.
Paradigma peradaban Barat yang selama ini mendominasi arah dunia kini tampak menemukan titik baliknya. Masyarakat global mulai menunjukkan kekecewaan terhadap pandangan kemanusiaan modern yang sering kali kehilangan nilai-nilai spiritual dan moralitas universal. Dalam konteks inilah, peradaban Islam dan Asia muncul sebagai alternatif penting untuk menawarkan paradigma baru paradigma yang berakar pada nilai perdamaian, keadilan, dan koeksistensi.
Ajaran Wasatiyyat Islam atau jalan tengah merupakan inti dari peradaban Islam. Prinsip ini menuntun umat menjadi Ummatan Wasathan — masyarakat yang adil, damai, inklusif, dan sejahtera. Nilai-nilai wasatiyyah mengajarkan keseimbangan antara spiritualitas dan kemajuan, antara hak individu dan kepentingan sosial, antara kemurnian iman dan keterbukaan terhadap keberagaman.
Di sisi lain, peradaban Tiong Hua yang telah berakar selama berabad-abad juga menanamkan nilai harmoni, kerja keras, dan penghormatan antarbudaya. Kedua peradaban besar ini — Islam dan Asia — sesungguhnya dapat menjadi penopang utama bagi lahirnya tatanan dunia yang lebih seimbang dan berkeadilan.
Sejak tahun 2006, Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) dan Cheng Ho Multi Culture Education Trust telah menjalin kemitraan strategis untuk mewujudkan visi besar tersebut melalui World Peace Forum (WPF) — sebuah forum dwitahunan yang mempertemukan para pemimpin dunia, pembuat kebijakan, tokoh agama, akademisi, aktivis, insan media, pemuda, dan pelaku bisnis dalam satu ruang dialog peradaban.
Forum ini mengusung semangat “One Humanity, One Destiny, One Responsibility” — satu kemanusiaan, satu takdir, satu tanggung jawab — yang menjadi benang merah seluruh penyelenggaraan WPF sejak awal.
Berbagai tema yang diangkat dari waktu ke waktu merefleksikan tantangan global yang terus berkembang:
Addressing Facets of Violence: What Can Be Done? (2008)
Mainstreaming Peace Education: Developing Strategy, Policy, and Networking (2010)
Consolidating Multicultural Democracy (2012)
Quest for Peace: Lessons of Conflict Resolutions (2014)
Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Injustice, and Collective Responsibility (2016)
The Middle Path for the World Civilizations (2018)
Human Fraternity and the Middle Path as the Foundation for a Peaceful, Just, and Prosperous World (2022)
Setiap forum menjadi ruang refleksi global untuk menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang bersumber dari kebijaksanaan Timur dan spiritualitas Islam.
Kini, di tengah kegelisahan dunia modern, WPF kembali menegaskan pentingnya peran Wasatiyyat Islam dan harmoni Asia sebagai jalan tengah peradaban — bukan hanya untuk mengatasi konflik, tetapi juga untuk menumbuhkan kembali nurani global yang berkeadilan dan berkeadaban.
WPF ke-9 sebagai platform pemersatu bagi dialog peradaban, kerja sama regional, dan pembangunan perdamaian global yang menjembatani nilai-nilai Islam dan Tiong Hua akan diselengarakan di Hotel Grand Sahid, Jakarta pada 9-11 November 2025, akan dibuka oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, mengambil tema ““Considering Wasatiyyat and Tionghua for Global Collaboration” yang diangkat dari kesadaran kolektif untuk menemukan nilai-nilai alternatif yang terdapat dalam ajaran
Islam Wasatiyyat dan pemikiran Tiong Hua untuk perdamaian, keadilan, dan koeksistensi, sebagai kontribusi ajaran Islam dan kearifan Asia untuk dunia.
Setelah pembukaan, WPF ke 9 akan dilanjutkan dengan World Leaders’ Panel yang diisi oleh beberapa tokoh pemimpin dunia, mantan pemimpin dunia, dan pemimpin organisasi internasional. Sesi ini akan diisi oleh: Dato’ Seri Utama Anwar Ibrahim (Perdana Menteri Malaysia), Mr. Yoshihiko Noda (Perdana Menteri ke 62 Jepang), Madame Atifete Jahjaga (Presiden ke 4 Republik Kosovo), Mr. Rustam Minnikhanov (Presiden Republik Tatarstan, Federasi Rusia), Dr. M. Jusuf Kalla (Wakil Presiden ke 10 dan 12 Republik Indonesia), Mr. Wan Huning (Chairman the Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC), dan Sheikh Dr. Mohammed al-Issa (Sekretaris Jenderal the Muslim World League).